Akibat sebuah kecelakaan kimia di laboratorium, seekor kutu tiba-tiba berubah menjadi monster yang menakutkan dan menghantui para penduduk Paris, Perancis. Raoul (Adam Goldberg) dan Emile (Jay Harrington) merasa bertanggung jawab atas kecelakaan tersebut dan berusaha memburu Sang Monster.
Salah satu pejabat di kota Paris yaitu komisaris Maynott (Danny Huston), ternyata memanfaatkan situasi mencekam tersebut demi mencuri atensi publik supaya terpilih sebagai walikota. Bersama sang ajudan, Pate (Bob Balaban), mereka mengumpulkan kekuatan untuk membunuh sang monster demi menaikkan citranya saat kampanye pemilihan Walikota Paris.
Di luar dugaan, si kutu raksasa tersebut ternyata memiliki bakat seni yang luar biasa dan berhasil menjadi bintang di Kabaret Rare Bird untuk berduet dengan Lucille (Vanessa Paradis). Sejak saat itu, Raoul, Emile, dan Lucille menyadari kalau monster yang diberi nama Francoeur (Sean Lennon) tersebut tidak mempunyai niat jahat.
Kisah yang berlatar tahun 1910-an ini, menampilkan gambar-gambar klasik yang tidak mengurangi kesan indahnya kota Paris. Selain menampilkan karakter-karakter lucu, film ini juga menyisipkan unsur musikal, terlihat saat Lucille dan Francoeur dengan bakat bernyanyi dan permainan gitarnya yang lihai. Kesan romantis kota Paris pun tetap ditampilkan, dalam kisah asmara antara Emile dan Maude (Madeline Zima).
A Monster in Paris mencoba mengingatkan kita, bagaimana manusia terkadang melupakan sifat kemanusiaan itu sendiri demi mengejar sebuah ambisi. Hal ini digambarkan pada sosok monster Francoeur yang baik hati, berkebalikan dengan Maynott, manusia dari jajaran elit, yang justru sangat egois dan menganggap orang lain rendah.
Film yang memiliki judul asli Un Monstre a Paris ini, diyakini mampu menghibur berbagai kalangan dan usia. Meskipun A Monster in Paris berjenis animasi, namun kisahnya juga dapat dinikmati orang dewasa. Secara keseluruhan, film ini adalah tontonan keluarga, dengan cerita yang segar bertema kejujuran dan menonjolkan sifat kemanusiaan.sumberinfo