Trio punk, Green Day, yang sangat besar pengaruhnya terhadap musik tahun 2000-an ini mengungkapkan, ada perbedaan gaya bermusik dalam masing-masing album trilogi mereka, ¡UNO!, ¡DOS! AND ¡TRE!.
"Rekaman pertama merupakan reproduksi sound klasik kami. Kami lebih banyak bersenang-senang di album kedua, more party," ujar frontman Green Day, Billy Joe Armstrong kepada BBC News."Yang ketiga lebih menyerupai refleksi. Seperti ketika kamu terbangun setelah mabuk-mabukan di pesta semalam, kamu jadi pusing dan berpikir, 'ada apa semalam?'," katanya menambahkan.
Sepertinya Green Day sudah menyusun matang apa saja konsep mereka. Setelah album trilogi yang luar biasa, sebuah film dokumentasi pun disiapkan.
"Kalau seseorang menanyaimu seperti apa rasa sosis, kamu punya pilihan menceritakannya atau memberikan mereka sosis. Itu saja pilihannya. Akan ada jawaban untuk banyak pertanyaan dalam dokumentasi ini," tutur Tre Cool mengenai film dokumentasi tersebut.
Band veteran Green Day tampaknya cukup berhasil dengan kegilaan mereka merilis album trilogi, ¡UNO!, ¡DOS! AND ¡TRE!. Membawa konsep berbeda di tiap album, Billy Joe Armstrong angkat bicara soal Oh Love, salah satu single utama.
"Oh Love adalah lagu balada berkekuatan tinggi. Kamu bisa merasakan gaungnya setelah lagu berakhir," kata Billy Joe.
"Kekuatan lagu itu bertambah terus. Semakin dinyanyikan, semakin kuat. Aku bisa membayangkan penonton kami menyanyikan bagian chorusnya," ucap frontman yang tak tampak bertambah tua ini.
Kalau Billy Joe dari Green Day yang berpendapat tentang lagu balada, sebaiknya kamu tidak berharap balada hati seperti The Script kan? Kelam dan dipenuhi wanita seksi bertato, klip ini diakui cukup provokatif dan sebaiknya tidak ditonton oleh anak di bawah umur. (dgs/rea)