PT Kereta Api Indonesia (Persero) meluncurkan layanan pembelian tiket melalui internet (internet reservation) pada Jumat (3/8).
Dengan berbasiskan Rail Ticketing System, kini penumpang kereta api dapat memesan tiket dari mana pun. Bahkan, ekstremnya bisa dari Kalimantan walau pulau itu belum dilayani oleh kereta api.
Reservasi internet telah memudahkan pelanggan kereta api. Di mana dan kapan pun, tiket dapat dipesan melalui situs http://www.kereta-api.co.id.
Lantas pembayaran dapat melalui internet banking BCA, misalnya. Tanpa perlu melangkah, tetapi hanya dengan ”menarikan” jemari tangan di papan ketik komputer. Kemudian pada hari-H keberangkatan, bukti pembayaran ditukar dengan tiket di stasiun.
Sistem ini di sisi lain juga meningkatkan efisiensi dan produktivitas PT Kereta Api Indonesia (KAI). Maka bolehlah kita berharap, karena beban operasional mampu ditekan, dana yang dihemat dapat dikembalikan dalam bentuk pelayanan.
Hari-hari ini, pemesanan tiket melalui internet hanya dapat melayani kereta api eksekutif, bisnis, dan ekonomi AC. Namun, tampaknya hanya soal waktu sebelum melayani kereta api ekonomi atau memperpanjang pemesanan dari 90 hari jadi 6 bulan sebelumnya sebab teknologi sudah digenggam.
Begitu teknologi yang mewujud di dalam Rail Ticketing System (RTS) telah dikuasai, inovasi apa pun jadi memungkinkan. Penjualan serupa dengan ”hot seat” di maskapai AirAsia juga bukan hal mustahil, tinggal mau atau tidak, sebab dapat menjual mahal kursi yang posisinya di tengah kereta atau sebaliknya menjual murah kursi yang dekat dengan toilet.
Bagaimana dengan calo? Seharusnya calo tak lagi jadi isu dengan pencantuman nama penumpang sesuai dengan identitas di tiket. Aturan yang ada ditegakkan, niscaya calo pun jera.
Dari sisi teknologi, sebenarnya RTS tidaklah luar biasa. Yang patut didukung adalah keteguhan Direktur Utama PT KAI Ignasius Jonan dan Direktur Komersial PT KAI Sulistyo Wimbo Hardjito untuk menerapkannya, seberapa pun besar tantangannya. Ini soal mau atau tidak mau. Dan, begitu ada kemauan, terjadilah revolusi dalam dunia perkeretaapian di sini.
Predikat revolusi soal tiket ini karena yang dibidik dan terbidik dari sistem baru ini tentu saja bukan sekadar penjualan tiket, melainkan juga pola bepergian. Siapa pun didorong merencanakan perjalanan dengan matang dan beradab.
Penggunaan RTS juga memangkas antrean di loket kereta api, yang dulu mengular hingga puluhan bahkan mungkin ratusan meter. Calon pemudik yang menginap di stasiun demi tiket bolehlah tinggal menjadi kisah masa lalu.
Sistem yang bagus ini sesungguhnya dapat lebih dinikmati lebih luas oleh warga jika kesempatan untuk naik kereta api diperluas. Bagaimana caranya? Beli sarana kereta lebih banyak. Di sisi lain, pemerintah sebaiknya membangun lebih cepat jaringan rel kereta api. Animo masyarakat untuk naik kereta api tetap tinggi, hanya saja sering kali justru kehabisan tiket. (HARYO DAMARDONO)
Sumber :
Kompas Cetak
Editor :
Reza Wahyudi