Satu anjuran yang kerap digemakan setiap bulan Ramadan ialah salat malam, tahajud. Apalagi jika dikerjakan pada 10 malam terakhir di bulan suci itu.
Tahajud termasuk salat sunat yang dikerjakan di waktu malam setelah tidur lebih dulu, meski hanya sejenak.
Selain ibadah, salat tahajud juga bermanfaat bagi kesehatan.
Profesor Dokter Mohammad Sholeh, dosen Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Sunan
Ampel, Surabaya, memberikan bukti. Dalam bukunya berjudul Terapi Salat Tahajud, dokter lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Surabaya, itu bilang, tahajud bisa mencegah stres dan meningkatkan dayatahan tubuh manusia. Tentu, bila itu semua dikerjakan secara teratur dan ikhlas.
Sholeh melakukan studi tahun 1999. Sebanyak 41 siswa SMU Lugman Hakim,
Pondok Pesantren Hidayatullah, Surabaya, menjadi objek observasinya. Mereka diminta melakukan salat tahajud saban malam selama sebulan. "Dari 41 orang, yang bisa bertahan cuma 23 orang," kata Sholeh, yangjuga pengasuh Klinik Terapi Tahajud di Surabaya. Ke-23 siswa tersebut diminta menunaikan tahajud
lagi sebulan berikutnya untuk tes tahap kedua. Yang berhasil lolos tes kedua 19 siswa.
Setelah melaksanakan tahajud, mereka diambil darahnya untuk diperiksa. Komponen darah yang diperiksa, misalnya, hormon kortisol. Hormon ini berkaitan dengan stres. Ikut diobservasi pula kandungan netrofil,basofil, eosinofil, monosit, imunoglobulin G (IgG), imunoglobulin M (IgM), dan imunoglobulin A (IgA) dalam darah. Komponen itu dipakai untuk mengecek sistem imun tubuh relawan.
Hormon kortisol diteliti dengan peralatan radioimmunoassay. Basofil dan neutrofil diteliti dengan automatic cel counter systemex 1000.
Sedangkan imunoglobulin diukur dengan perangkat immunoturbidimetry analyser hitchi 704. Pengukuran ini dilakukan di Laboratorium Pramita, Prodia, dan Klinika. Semuanya di Surabaya.
Selain itu, mereka juga diperiksa kesehatannya, antara lain, lewat pengecekan hemoglobin, sel darah merah, sel darah putih, dan SGOT (serum glutamic oxaloacetic transaminase) dan SGPT (serum glutamic pyruvic
transaminase). SGPT dan SGOT adalah dua tes darah untuk melihat tingkat kesehatan liver. Umumnya mereka normal.
Yang menarik, ternyata kelompok pengamal tahajud mengalami penurunan hormon kortisol. Pada tahap pertama selama sebulan, kortisol menurun rata- rata sebanyak 28,947. Pada tahap kedua, penurunannya lebih tajam, yakni 156,579.
"Ini berarti tahajud menurunkan tingkat stres," kata Sholeh dalam bukunya. Stres terkait dengan kekebalan. Jika stres menurun, kekebalan tubuh meningkat. Itu terlihat juga pada komponen sistem imunitasnya, seperti
tampak pada studi Sholeh. Menurut Sholeh, meningkatnya respons imun akan membuahkan kenaikan daya tahan tubuh terhadap penyakit.
Tapi sekali lagi ditekankan, pengamal salat tahajud harus ikhlas. Jika tidak, akan timbul stres dan penyakit.Sholeh melihat, setelah menjalani tahajud, ada beberapa relawan yang mengeluh sakit. Ada yang batuk- pilek, pusing-pusing, susah tidak, nafsu makan hilang, dan mengalami gangguan pencernaan.
Yang pasti, secara umum sistem imun relawan tadi ikut meningkat. Dari dua tahap, limfosit meningkat dari 7,684 menjadi 242,842. Begitu pun kadar imunoglublinnya. IgM dari 2,789 menjadi 19,263, IgG dari 23,158 naik jadi 291,421, dan IgA meningkat ke 90,368 dari 64,632.
Menurut Sholeh, penurunan kortisol terjadi karena pengamal menjalani tahajud dengan niat yang ikhlas. Niat ikhlas akan mendatangkan rasa senang, optimistis, dan persepsi positif. ''Reaksi emosional positif itu dapat
menghindarkan diri dari stres," ujarnya. Itu tak terjadi jika relawan mundur. Mereka dinilai mengerjakan salat tidak ikhlas. Salat yang dikerjakan secara tak ikhlas akan mendatangkan rasa tertekan, negatif, dan rentan terhadap stres.
Ahli psikoneurologi dari Universitas Airlangga, Profesor Taat Putra, setuju dengan kesimpulan Sholeh. Menurut Taat, sistem imun tidak otonom. Ia dipengaruhi pikiran manusia. Terkait dengan tahajud, ia bilang, peran tahajud akan terlihat bila dikerjakan dengan pikiran tenang. "Pikiran tenang dapat mengolah stresor dengan baik," katanya. Sebab, dengan cara itu, sistem metabolisme tubuh akan seimbang.
Misalnya, hormon kortisol dan adrenalin (atau epinefrin) yang diproduksi kelenjar adrenal. Hormon-hormon tadi mempengaruhi sel imun. Semakin banyak diproduksi akan mengakibatkan tingginya tingkat stres. Dengan pikiran tenang, hormon-hormon ini akan berkurang produksinya. "Jadi, dalam salat tahajud, fokusnya pada keikhlasan," kata Taat.
Toh, Dokter Chairul Effendi, ahli penyakit dalam di Rumah Sakit Soetomo, Surabaya, tidak mau berkomentar perihal hubungan langsung tahajud dengan kekebalan tubuh. Tapi ia mengaku bisa menerima kesimpulan bahwa stres mempengaruhi sistem imun seseorang. Yang stres jadi kurang imun.
Jadi, salatlah tahajud dengan ikhlas jika ingin hidup tenang dan sehat.
Aries Kelana, dan Arif Sujatmiko (Surabaya)
[Kesehatan, Gatra Edisi Khusus Beredar Senin, 16 Oktober 2006]
Republika, Jumat, 02 Februari 2007
Prof Dr Mohammad Sholeh
Tahuj Perkuat Sistem Imun Tubuh
Rasulullah SAW nyaris tidak pernah melewatkan satu malam pun kecuali dengan shalat tahajud, bahkan di saat peperangan sekalipun. Dulu, shalat tahajud diwajibkan. "Setelah turun surat Al-Muzzammil ayat 19 dan 20 baru disunatkan," ujar Prof Dr Mohammad Sholeh, pengasuh Klinik Terapi Tahajud dan trainer salat khusyuk kepada Damanhuri Zuhri dari Republika, Rabu (31/1)
Mengapa Rasulullah SAW menganjurkan shalat ini, hanya Beliau yang tahu. Namun perkembangan sains membuktikan, shalat ini banyak manfaatnya. "Secara medispun bisa dibuktikan," ujar pria yang tahun 2000 berhasil mempertahankan disertasi doktornya di jurusan Psikoneuroimunologi Unair mengenai shalat tahajud untuk sistem imun tubuh ini. Berikut ini penjelasannya mengenai kajian ilmiahnya tentang tahajud:
Apa alasan Anda tertarik meneliti tentang shalat tahajud dan hubungannya dengan sistem imun tubuh?
Pertama tidak ada shalat sunat yang dianjurkan oleh Alquran kecuali tahajud.
Sedangkan shalat-shalat sunat lain itu hanya sampai pada tataran hadis Rasulullah SAW. Kalau shalat sunat tahajud itu ada di dalam surat Al-Muzzammil ayat 1 sampai 20 terutama pada ayat 1 sampai 10. Kemudian Surat Al-Isra ayat 79. Ini alasan logika normatifnya.
Kedua, Rasulullah SAW sama sekali tidak pernah meninggalkan shalat tahajud.
Ketiga, tidak ada shalat sunat yang diwajibkan Islam kecuali tahajjud.
Selama satu tahun Rasulullah mewajibkan umatnya melaksanakan shalat tahajjud, sebelum turun ayat tadi.
Lalu ada hadis kudsi yang menjelaskan tentang setiap dua per tiga malam Allah SWT turun ke langit pertama sambil menyerukan, "Hamba-Ku yang sedang ruku dan sujud melaksanakan shalat tahajjud, permintaanmuakan Aku beri, doamu akan Aku kabulkan, dosamu akan Aku ampuni." Ditambah dengan hadis
riwayat Tabrani yang menjelaskan bahwa shalat tahajud itu kebiasaan yang dilakukan oleh para orang-orang saleh di jaman dulu dan itu menyembuhkan baik fisik maupun psikis.
Logika pengalamannya: saya dulu pernah kena penyakit kangker kulit. Dokter sudah angkat tangan. Namun tahajud menyelamatkan saya. Tahun 1982 sampai 1987, setelah itu saya dinyatakan sembuh sama sekali. Berapa lama disertasi Anda susun? Enam bulan sudah selesai. Enam bulan penelitiannya. Saya termasuk tercepat, 1998 sampai 2000. Jadi, dua tahun setengah lebih satu bulan.
Mengapa sistem imun yang Anda teliti?
Dalam tubuh kita oleh Yang Mahakuasa sudah ada yang namanya sistem imun (daya tahan tubuh). Daya tahan tubuh itu maksudnya apa? Misalnya, darah kita kalau dilihat merah tapi kalau dianalisis darah kita campurdengan reagen kemudian dianalisis di laboratorium nanti komponen di dalam tubuh macam-macam darah itu. Jadi, ada hemoglobin, ada hormon kartisol. Dosen saya bilang, saya ini banyak mematahkan teori ilmu kedokteran lama. Semisal, jantung koroner secara teori kedokteran lama tidak bisa disembuhkan. Tapi, melalui imunitas imunologi tadi penyakit ini bisa disembuhkan. Bagaimana bisa? Jantung koroner ini penyebabnya tersumbatnya arteri jantung karena kolestarol. Kolesterol itu adalah lemak yang berwarnakuning yang berasal dari makanan yang kita makan diolah oleh tubuh menjadi glikogen kemudian diolah lagi menjadi glukosa. Glukosa diolah lagi menjadi kolesterol. Kalau orang tidak pernah gerak maka kolesterol akan menyumbat pada organ yang tidak pernah digerakkan. Nah, kalau orang itu mau shalat tahajud
berlama-lama seperti Rasulullah SAW, dua rakaat saja semalam, nantinya akan ada metabolisme tubuh kita akan bercucuran keringat, bahkan di ruangan ber-AC sekalipun. Keluarnya keringat ini menyehatkan. Karena di dalam tubuh kita ada metabolisme kolesterol-kolesterol akan dibakar ATP/ADP sehingga menjadi energi yang merangsang kelenjar keringat untuk berkeringat. Jadi, kalau tidak berkeringat tidak banyak membawa dampak fisik. Kebanyakan orang shalat tahajud itu hanya sekadar memburu-buru pahala atau mengejar maqamam mahmuda dalam pengertian sempit.
Maksud Anda dengan maqamam mahmuda?
Shalat tahajjud menjadi Bupati. Untuk tujuan duniawi. Kesehatan dan keimanan itu saya kira yang paling tepat untuk maqamam mahmuda. Bagaimana sampai pada kesimpulan bahwa shalat tahajud berpengaruh pada sistem imun tubuh? Penelitian saya dari 51 siswa SMU yang saya ambil training sebelumnya yang usianya sama. Karena syarat penelitian kuantitatif itu harus homogen. Jadi, usianya sama yaitu laki-laki antara usia 16 tahun sampai 20 tahun. Sama-sama SMU kelas 1 Hidayatullah yang tidak pernah shalat tahajjud sama sekali.
Kemudian tidak pernah mengikuti tariqah-tariqah dan sebagainya. Kemudian saya ambil darahnya sebelum shalat. Kemudian saya ambil darahnya lagi setelah shalat satu bulan, saya ambil darahnya lagi setelah dua bulan. Aktivitasnya sama, menu makannya sama, usianya sama, sama-sama tidak pernah shalat tahajud. Ternyata variabel yang saya teliti, makrofagnya beda.
Makrofag itu intinya adalah sel imunitas tubuh yang berfungsi untuk memakan sel lain yang tidak normal.
Jadi, kalau ada orang kena kista itu menunjukkan bahwa makrofagnya mengalami defisiensi. Saya sudah bisa mendeteksi orang itu mengalami penurunan. Dengan demikian kalau teorinya dirunut lebih dalam, makrofag tidak akan berproduksi kalau yang bersangkutan stress. Kalau dirunut lagi mungkin orang ini kena penyakit hati seperti, iri, dengki, sombong. Nah hal yang seperti ini yang menyebabkan stress. Nggak pernah qona-ah (puas), tawakal, jadi, akidah itu menentukan sekali penyakit seseorang. Kenapa orang yang sering tahajud tak pusing kepala, padahal dia bangun tengah malam? Karena otak kita ketika shalat tahajjud melepaskan seritonin, beta endorsin, dan melatonin yang diproduksi otak. Ketika seseorang shalat tahajjud, seritonin, beta endorsin, dan melatonin itu terproduksi. Itu yang menyebabkan kita menjadi tenang. Karena ketenangan itulah maka homeostasis terjaga. Pusing disebabkan karena terganggunya homeostasis, mungkin bisa hipertensi atau hipotensi. Shalat tahajud itu kan meditasi tingkat tinggi. Itu yang menjaga homeostasis atau kecenderungan untuk tetap dalam keadaan normal. Orang sakit itu terganggunya homeostasis. Nah, ketika shalat tahajud
relaksasinya tercapai secara maksimal maka keseimbangan tubuh terjaga. Tak
akan ada hipertensi dan hipotensi. Termasuk kolesterol akan dibabat habis oleh aktivitas tahajud. Kolesterol akan hilang menjadi energi.
Bagaimana Shalat Tahajud yang Benar ?
Yaitu dilakukan dengan khusyuk, tulus ikhlas, gerakannya seperti Rasulullah shalat kemudian kontinyu. Saya merujuk kepada hadis shahih Muslim yang diriwayatkan Khuzaifah yang pernah bercerita suatu malam pernah
shalat tahajjud bersama Rasulullah kemudian begitu mengangkat tangan sebagai tanda
takbiratul ihram terdengar dari belakang Rasulullah terisak- isak karena manangis. Rasulullah kemudian membaca doa iftitah sangat pelan setelah itu membaca Al Fatihah sangat pelan sekali setelah itu baca surat.
Surat yag dibaca Rasulullah tidak tanggung-tanggung yaitu surat Al Baqarah, padahal ayatnya ada 286. Ketika sampai seratus ayat kata Khuzaifah kiranya disudahi ternyata tidak masih dilanjutkan. Setelah selesai surat Albaqarah, ternyata ditambah surat An-Nisaa. Setelah surat An-Nisa,dilanjutkan
membaca surat Ali Imran. Nah, sehingga satu rakaat saja membaca tiga surat yang panjang-panjang kira-kira lima juz lebih. Kata Khuzaifah, "Bukan hanya di situ. Setelah Rasulullah membaca surat kemudian ruku yang lamanya sama dengan membaca Alqurannya. Kemudian i'tidal sama dengan rukunya.
Kemudian sujud sama dengan i'tidalnya, setelah itu duduk iftiras sama dengan sujudnya. Sehingga Rasulullah semalam hanya dua rakaat. Kemudian tambah satu rakaat witir keburu sudah Bilal adzan." Inilah yang saya trainingkan. Tetapi saya tidak ajarkan shalat yang panjang-panjang itu. Suratnya silahkan apa yang dihapal, tetapi setelah membaca surat jangan langsung ruku, disambung lagi dengan dialog, mengadukan masalah kepada Allah. Bisa juga kita manfaatkan sebelum ruku kita
mendialogkan segala persoalan yang sedang kita hadapi. Mungkin anak yang jauh dari harapan, suami yang punya masalah, ekonomi yang morat- marit. Itu diadukan kepada Allah. Jadi, shalat khusyuk itu bukan shalat yang lupa segala-galanya.
Kita tidak perlu menargetkan shalat tahajud itu delapan rakaat ditambah tiga rakaat witir yang penting bukan kuantitasnya tapi kualitas. Ada conect, komunikasi intens dengan Allah bahwa kita sadar sesadar-sadarnya sedang shalat menghadap kepada yang Mahakuasa, Mahaagung, Mahasegala- galanya. Digemgaman-Nya lah segala urusan. Sehingga kalau kita sudah bisa seperti itu
nikmat rasanya. Karena itu nikmat maka sayang kalau diputus. Dua rakaat saja bisa dua jam setengah.