"MCHOYBLOGINFO". Diberdayakan oleh Blogger.

Info Menepis Mitos Keliru Imunisasi

Share on :

Ilustrasi
Ilustrasi (sumber: Istimewa)
Orangtua harus fokus kepada penyakitnya dan bukan efek samping

Tahun 2012 telah disepakati sebagai Tahun Intensifikasi Imunisasi Rutin (Intensification of Routine Immunization/IRI).

Hal itu sejalan dengan Gerakan Akselerasi Imunisasi Nasional (Gain Uci), yang bertujuan meningkatkan cakupan imunisasi 80 persen dan pemerataan pelayanan imunisasi, hingga seluruh desa di Indonesia.

Masyarakat sebaiknya mewaspadai isu-su yang muncul, jangan mudah mempercayai hal-hal yang tidak jelas dan tidak ilmiah.

Peran media penting dalam turut mendidik masyarakat agar dapat memberikan informasi yang baik.

 “Kami juga akan terus menggiatkan kampanye imunisasi, sehingga anak- anak Indonesia memiliki kekebalan terhadap penyakit sekaligus membantu percepatan pencapaian MDG 4,” ungkap Direktur Surveilans, Imunisasi, Karantina dan Kesehatan Matra Kementerian Kesehatan Andi Muhadir, di Jakarta, baru-baru ini.

Tahun 2011 imunisasi dasar rutin pemerintah, bersama dengan seluruh anggota IDAI dan IDI dibantu oleh IBI dan PPNI, telah berhasil memberikan imunisasi kepada sekitar 4,5 juta (4.485.000) anak usia 0-1 tahun, (vaksin yang diberikan berupa BCG satu kali, polio empat kali, DPT/HB tiga kali, dan campak pada usia sembilan bulan satu kali).

Demikian pula imunisasi, pada anak usia sekolah yang disebut Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS), dengan memberikan campak dan tetanus difteri pada anak kelas satu SD.

Sedangkan pada anak kelas dua dan tiga diberikan imunisasi Td (tetanus dan difteri untuk anak diatas tujuh tahun).

Pada 2011 telah berhasil memberikan imunisasi pada 12.162.157 (88,2 persen) anak sekolah (kelas satu sampai tiga). Tujuannya untuk mengurangi anak-anak yang rentan penyakit.

Kemenkes telah menyelenggarakan pencanangan kampanye pemberian imunisasi tambahan, untuk campak dan polio.

Dalam tiga fase sejak tahun 2009 di tiga provinsi, 2010 di 11 provinsi, dan pada 2011 dimulai 18 Oktober kepada balita di 17 provinsi, yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, DKI Jakarta, Lampung, Papua, NTB dan seluruh provinsi di Kalimantan dan Sulawesi.

Dalam beberapa tahun terakhir, banyak pemikiran keliru tentang imunisasi yang berseliweran melalui berbagai saluran media, yang dipandang dapat mengganggu kemajuan program imunisasi nasional.

Untuk itu, perlu dilakukan penjelasan pemikiran yang keliru itu, agar kejadian dan kematian penyakit infeksi besar dapat dicegah dan ditekan melalui imunisasi.

Kerja sama berbagai pihak, baik pemerintah, para profesi kesehatan, terutama dokter anak dan pihak swasta serta masyarakat luas perlu ditingkatkan.

Pemikiran yang sering muncul antara lain, yaitu isu vaksin tidak halal karena menggunakan media yang tidak sesuai syariat, efek samping karena mengandung zat-zat yang berbahaya, isu konspirasi dari negara barat untuk memperbodoh dan meracuni penduduk negara berkembang serta adanya bisnis besar di balik program imunisasi.

Diperlukan informasi untuk menjelaskan masalah tersebut sehingga masyarakat akan mendukung sepenuhnya program imunisasi.

Orangtua harus fokus kepada penyakitnya dan bukan efek samping, yang pada umumnya ringan.

Masyarakat perlu lebih cermat dan berhati-hati dalam menyikapi berbagai informasi terkait imunisasi, misalnya menyikapi Kejadian Ikutan Pasca-Imunisasi (KIPI.

Apakah KIPI berhubungan dengan imunisasi atau tidak.

Sebaiknya masyarakat mengacu pada informasi yang diberikan oleh Komite Daerah (Komda) KIPI yang ada di provinsi atau Komite Nasional (Komnas) KIPI di Jakarta.

Karena berita atau laporan kecurigaan adanya KIPI selalu dikaji secara ilmiah oleh berbagai ahli, seperti pakar penyakit infeksi, imunisasi, dan imunologi yang ada di komite tersebut.

Sejatinya, masyarakat tidak perlu ragu akan keamanan dan manfaat imunisasi.

Saat ini, 194 negara di seluruh dunia melaksanakan dan yakin bahwa imunisasi aman dan bermanfaat mencegah wabah, sakit berat, cacat, dan kematian pada bayi dan balita.

Bahkan, negara-negara industri dengan tingkat sosial ekonomi yang tinggi masih terus melaksanakan program imunisasi.

Termasuk, negara-negara yang mayoritas penduduk beragama Islam, dengan cakupan imunisasi lebih dari 85 persen.

Sehingga, tampak anak di negara industri lebih sehat daripada anak yang berada di negara berkembang.

Pencegahan penyakit melalui imunisasi merupakan investasi kesehatan untuk masa depan. Maka, semua bayi dan balita sebaiknya diimunisasi secara lengkap.

Info Wisata

 photo freebanner_zps107bd00d.gif Info Hub. 0899 8 933339 Rumah Subsidi

Pengikut

Related Post

Arsip Blog

Info Musik